Ini Bu Nani, Guru Viral karena Status WA Bijak ‘Nilai Ujian Tak Penting’

Dengan buku pelajaran dan absensi di tangan, Bu Nani berjalan dari lorong menuju kelas. Pagi itu dirinya akan mengajar di kelas X di SMKN 1 Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
“Assalamualaikum, selamat pagi anak-anak,” ucap Nani kepada muridnya dengan semringah. Dia berdiri di dalam kelas, Jumat (27/5/2022).

Saat saya melihat Nani mengajar, interaksi dia dengan murid-muridnya tampak cair. Sesekali, murid-murid ‘curhat’ kepadanya. Ini adalah SMK jurusan perkantoran dan perhotelan. Nani mengajar prakarya dan kewirausahaan.

Baca Juga : 10 Perguruan Tinggi Terbaik di Swiss Versi QS WUR 2022, Kamu Pilih yang Mana?
Bu Nani atau Nani Roswati, guru di SMKN 1 Tambun Selatan, Bekasi.
Status WA Membuatnya Viral Dua Kali
Nani Roswati, ibu beranak tiga, merupakan guru serta wali kelas X di SMKN 1 Tambun Selatan. Sosoknya sempat viral pada 2019 saat salah seorang alumnus di sekolahnya membagikan status WA miliknya di media sosial Twitter. Muridnya itu adalah Alfia yang mencuit di Twitter pada 21 Desember 2019.

Status tersebut berisikan pesan-pesan kepada orang tua murid mengenai potensi anak-anaknya. Bagi Nani, nilai-nilai yang ada di rapor bukanlah jaminan kesuksesan anak didiknya.

Beberapa hari lalu, status WA dari Nani itu kembali viral. Sampai-sampai Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria juga mengapresiasi lewat unggahannya di akun Instagram, Rabu (25/5) kemarin.

Berikut ini adalah status WA Nani yang viral itu:

(1) Ujian anak Anda telah selesai
(2) Saya tahu Anda cemas dan berharap anak Anda berhasil dalam ujiannya.
(3) Tapi, mohon diingat,
(4) di tengah-tengah para pelajar yang menjalani ujian itu,
(5) ada calon seniman yang tidak perlu mengerti matematika,
(6) ada calon pengusaha yang tidak butuh pelajaran sejarah atau sastra,
(7) ada calon musisi yang nilai kimia-nya tak akan berarti,
(8) ada calon olahragawan yang lebih mementingkan fisik daripada fisika,
(9) ada calon fotografer yang lebih berkarakter dengan sudut pandang art berbeda yang tentunya ilmunya bukan dari sekolah ini.
(10) Sekiranya anak Anda lulus menjadi yang teratas, hebat!
(11) Tapi bila tidak, mohon jangan rampas rasa percaya diri dan harga diri mereka.
(12) Katakan saja, “Tidak apa-apa. Itu hanya sekadar ujian.”
(13) Anak-anak itu diciptakan untuk sesuatu yang lebih besar lagi dalam hidup ini.
(14) Katakan pada mereka, tidak penting berapapun nilai ujian mereka,
(15) Anda mencintai mereka dan tak akan menghakimi mereka.
(16) Sebuah ujian atau nilai rendah takkan bisa mencabut impian dan bakat mereka.
(17) Berhentilah berpikir bahwa hanya dokter dan insinyur yang bahagia di dunia ini.
(18) Hormat saya, Wali kelas

Nani bercerita, sebelum dia menjadi guru, dia pernah beberapa kali bekerja di perusahaan swasta. Barulah di tahun 2013 dirinya berkecimpung di dunia pendidikan menjadi praktisi pengajar.

“Awalnya saya bekerja di swasta saya pernah bekerja di Hyundai, Lippo Cikarang, pernah bekerja di Bank Niaga, di Bank BNI, sampai qodarullah saya terdampar di Tambun Selatan, sampai akhirnya saya ngajar di SMK 1 Tambun Selatan itu dari tahun 2013,” tutur Nani yang kini berusia 42 tahun ini.

Kerinduan akan masa-masa sekolah menjadi salah satu alasan Nani ingin menjadi guru. Nani mengaku, selama di sekolah, ia adalah murid yang aktif. Sejak SD dia sudah aktif berorganisasi. Saat SMP ia pernah menjadi ketua OSIS, dan saat SMA dia aktif di Paskibra.

Menurutnya, tidak butuh waktu lama untuk beradaptasi menjadi pengajar. Ia mengaku pengetahuan dan ilmu yang ia dapatkan di perusahaan-perusahaan sebelumnya membantu ia mengajar para murid SMK.

“Alhamdulillah karena punya pengalaman di dunia industri ya merasakan langsung bekerja di PT pernah kerja di bank, jadi di sana (SMK) juga ada jurusan itu bisnis daring dan pemasaran, kemudian administrasi perkantoran, perhotelan, tata boga,” ungkapnya.

Tidak hanya mengajar pelajaran yang ada di kurikulum, Nani berkeinginan membuka wacana berpikir para anak didiknya. Ia paham betul murid-muridnya di SMK mayoritas ingin bekerja setelah lulus sekolah. Namun ia tidak hanya ingin anak muridnya lulus menjadi pekerja saja, melainkan bisa membuat lapangan pekerjaan.

“Saya mengubah mindset siswa, ketika dulunya mindset-nya setelah lulus itu kerja atau terjun ke dunia industri, diubah, saya harus bisa mempengaruhi bahwa selepas mereka dari SMK mereka tidak melulu bekerja di industri, bekerja kepada orang lain, tapi juga bisa membuat lapangan pekerjaan,” ungkap sarjana Universitas Krisnadwipayana dan master dari Universitas Indraprasta PGRI ini.

Selain itu, Nani ingin setiap di waktu-waktu belajar muridnya bahagia. Ia bercerita, dia beberapa kali sempat tidak diperbolehkan keluar kelas walau bel pelajaran usai sudah berbunyi.

“Belajar itu harus bahagia, menyenangkan, ketika rasanya bahagia menyenangkan nggak ingin berhenti, saya itu nggak boleh keluar dari kelas padahal sudah bel, ‘Belum sesi curhat, Bun’, katanya,” cerita Nani.

Sampai saat ini dirinya sudah sembilan tahun menjalani hidup menjadi guru. Belum lama ini, Nani mengatakan dirinya lolos ASN dan akan menjadi pengajar di SMAN 2 Kota Bekasi pada tahun ajaran baru Juni mendatang.

Tulisan ini dipublikasikan di Pendidikan dan tag , , , . Tandai permalink.